Rabu, 11 Maret 2009

Safety Officer Slogan atau Omong Kosong: Sebuah Catatan Apologetis

Saya yakin bahwa perusahan kita akan komit dengan pendiriannya. Tahun 2009 akan dijadikan tahun safety. “Kita benahi pelan-pelan, do must go on…”, ungkap M. Arie Manager Operasional PT. BLI-DLI.

Hai, saudara-daudaraku dan rekan-rekan safety semuanya! Jangan kiranya ciut nyalimu hanya karena tulisan saya ini. Tuslisan ini hanyalah refleksi sederhana. Kiranya Anda tidak terlalu mempersoalkan kebenaran tulisan ini. Ambil dan lihatlah makna terdalam dari tulisan ini:

Sebagai seorang safety offficer, kita adalah orang yang bertanggung jawab terhadap keselamatan karyawan. Oleh karena itu, saya mau bertanya: pernahkan Anda melakukan tanggung jawab sebagai seorang safety di rumahmu? Yaitu sebagai safety officer bagi anggota keluarga. Contohnya : memastikan seluruh kondisi rumah aman, house keeping bagus, mengajari safety first bagi seluruh anggota keluarga contohnya saja mengajari mereka bagaimana mengoperasikan kendaraan roda dua/ empat dengan aman, mengajari mereka peraturan lalu lintas, mengajari mereka melakukan JSA untuk pekerjaan2 di rumah dll. Kalau belum lakukanlah. Karena anda ahlinya dan mereka awam.

Atau pernahkan Anda membaca buku petunjuk berkendaraan motor roda dua kendaraan milik Anda sebelum Anda mengoperasikan? Atau Anda pernah membuat prosedur aman untuk seluruh kegiatan Anda dan Anda menjamin bahwa kegiatan Anda sudah benar2 lewat kajian safety sehingga aman. Jika belum apakah itu berarti safety first bagi Anda sendiri hanya omong kosong? Harusnya kita sudah melakukan itu.

Jika hal tersebut dilakukan akan menjadi investment yang luar biasa besarnya bagi Anda dan keluarga Anda (anak2, istri, bapak ibu dll) sangat jauh lebih besar dari salary atau benefit yang Anda terima dari perusahaan.

Coba tanya pada diri sendiri, siapa yang pernah?

“…Kembali ke persoalan semula... tentunya kita harus mendalami dulu apa latar belakang munculnya pernyataan tersebut di atas sampai melontarkan kata2 yang demikian. Apakah itu ungkapan frustasi atau ketidak berdayaan atas sistim dalam perusahaan yang memang belum kondusif untuk safety. Jangan lupa di Indonesia perusahaan2 yang top managementnya peduli terhadap safety dan mempunyai safety sistem yang terakreditasi masih bisa dihitung dengan jari.

Dengan kata lain masih banyak teman2 safety kita yang masih terjebak dalam perusahaan yang tidak menerapkan sistim safety dengan benar. Pokoknya, jabatan safety supervisor itu tetap lebih banyak hanya untuk persyaratan peraturan, organisasi, Disnaker, Inspektor tambang dll.

Saya yakin jika disatu perusahaan besar tersebut safety supervisor merupakan jabatan tertinggi untuk urusan safety maka tentu saja kekuatannya untuk merubah proses akan sangat berat dan tentu saja juga bekerja sebagai safety supervisor di perusahaan itu akan menjadi pekerjaan yang sangat membuat frustasi. Mengapa? Tidak mungkin dia menentang semua kebijakan site manager bagaimanapun kuat dan kerasnya dia. Sedangkan dia dengan keahlian khususnya dibidang safety tahu apa yang harus dilakukan tapi tidak mungkin mempengaruhi dengan kuat kecuali site managernya juga menguasai ilmu2 safety.

Seragam ini amat berat. Kalo kalian tidak sanggup menanggungnya, tidak usah masuk ke lapangan" (Gianluigi Buffon Kiper - Juventus).Bukannya saya tidak sabar, tetapi saya kira slogan safety first sebagai slogan ada di mana-mana, tapi that's it, tidak jadi masalah. Memang sich saya belum pernah recommend something for the shake of safety, tapi hal yang agak mirip pernah terjadi ketika kita menangani Holcim: atas nama produksi, recommendation Trie Raharja tentang jangan mengoperasikan mesin yang rusak, terkalahkan. Pengalaman saya selama di NR4 mengatakan bahwa leadership dan kepala gudang tak sekalipun ngomong safety. Maka timbullah pertanyaan sdr Trie Raharja, “apaan safety ini, bos tak pernah buat meeting dan tahunya hanya cuman produksi...target…..produksi .....target.

Menurut saya, kalo gak sanggup walk the talk gak usah pasang deh itu slogan safety first. Percuma. Bumerang buat pembangunan culture safety.
Lebih baik menginternalisasikan safety menjadi value perusahaan dan at the heart of people, lalu kita bisa pasang: Do it safely or not at all atau we will not operate if we can not operate safely.

"Seragam ini amat berat. Kalo kalian tidak sanggup menanggungnya, tidak usah masuk ke lapangan" (Gianluigi Buffon kiper - Juventus).


Salam K3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar